Sang Putri Pengantin Tak Masuk Data Manifes Kapal Tenggelam
- account_circle Ed27
- calendar_month 7 jam yang lalu
- visibility 27
- comment 0 komentar

suarajembrana.com – Harapan dan kecemasan bercampur aduk menyelimuti Rani Komala Sari (43) dari Tuban, Kuta. Sejak lima hari lalu, ia menanti kabar calon menantunya, Putri Permatasari (21), yang seharusnya menikah dengan putranya, Fahmi Rashyid (24), pada 13 Agustus mendatang. Namun, Putri diduga menjadi salah satu korban tragedi kapal tenggelam di Selat Bali, meski namanya tak tercantum dalam manifes penumpang.

Putri, menurut Rani, baru saja kembali dari kampung halamannya di Rogojampi, Banyuwangi, untuk mengambil berkas persyaratan pernikahan di KUA Jimbaran, Badung. Ia sempat mengabari Fahmi agar bersabar menunggunya kembali ke Bali. “Anak saya sudah nunggu tidak datang,” ungkap Rani pilu.
Kabar mengejutkan datang pada Kamis 3 Juli 2025 pagi. Ibu Putri mengabarkan bahwa kapal yang membawa Putri menyeberang dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk telah tenggelam. Awalnya, Rani dan Fahmi tak percaya, bahkan Fahmi meyakinkan ibunya bahwa yang tenggelam adalah kapal barang, bukan kapal penumpang yang membawa Putri.
Untuk memastikan, Rani bersama putranya bergegas ke Pelabuhan Gilimanuk. Lega sesaat menyelimuti mereka saat nama Putri tidak ditemukan dalam daftar manifes penumpang.
“Tetapi Ibu dari Putri telepon, meyakinkan lagi bahwa kapal yang tenggelam memuat mobil yang membawa Putri,” jelas Rani, ditemui Minggu 6 Juli 2025.
Rani pun menghubungi pemilik travel di Banyuwangi. Meskipun awalnya pemilik travel menyebut sopirnya selamat, ia kemudian memastikan bahwa Putri adalah satu-satunya penumpang perempuan dalam mobil travel tersebut. Namun, tanpa nama Putri di manifes, keraguan tetap membayangi Rani.
“Kalau memang penumpang kapal, apa buktinya? Tidak ada di manifes,” protesnya.
Rani menuntut pertanggungjawaban dan bukti konkret dari pihak travel bahwa Putri memang penumpang yang ada di kapal nahas itu. “Saya menunggu itikad baik dari travel datang, temui saya,” ujarnya tegas. Namun demikian, kata Rani, pihak sopir travel yang selamat dari insiden maut tersebut sudah berupaya untuk bertemu dengan keluarga putri yang ada di Jawa. “Info dari keluarga di Jawa sopir travel akan menemui ibunya Putri di Banyuwangi,” katanya.
Insiden ini menurutnya, menyoroti sistem pendataan penumpang kapal yang sangat ceroboh dan teledor. Rani berharap pengelola pelabuhan segera melakukan perbaikan, bukan hanya demi klaim asuransi, tetapi yang terpenting adalah kepastian nasib penumpang. “Kami hanya minta kepastian, apakah memang benar penumpang kapal yang tenggelam,” desaknya.
Kini, Rani, Fahmi, dan kakak Putri, Muhamad Sofyan, hanya bisa menunggu keajaiban. Mereka bertahan di emperan depan kantor areal ASDP Pelabuhan Gilimanuk, berharap Putri pulang dengan selamat dan impian pernikahan di bulan depan dapat terwujud. ™
- Penulis: Ed27
Comment