Maarif Institute Kaji Pelatihan Komunikasi Tanpa Kekerasan
- account_circle Jokowae
- calendar_month Rabu, 18 Sep 2024
- visibility 348
- comment 0 komentar

Denpasar suarajembrana.com – Pelatihan komunikasi tanpa kekerasan penguatan inklusi sosial keagamaan aktivis muda lintas agama yang diselenggarakan Ma’arif Institute, sebuah lembaga sosial masyarakat (non government organization). Yang selalu mengkaji kearifan lokal yang bernuansa kebhinekaan. Mengundang elemen agama, kepemudaan, dan tokoh masyarakat serta tokoh pemerintahan. Pelatihan dipusatkan di Hotel Harris Denpasar selama 2 hari. Dari tanggal 17 sampai 18 September 2024.

Di pandu dua Dr. Muqowim dan Dr. Moh. Shofan serta Lutfi Latifah Co. Trainer yang secara detail membuat cair situasi di ruang diskusi. Bahkan tak ada sekat beda agama atau beda organisasi keagaman maupun lembaga organisasi yang hadir, Rabu (18/09).
Terdiri dari kalangan Karang Taruna, Kalangan organisasi NU (Nahdlatul Ulama), organisasi Muhamadiyah, kalangan Agama Hindu, tokoh adat,pendeta Budha dan pendeta Kristen dan salah satu dihadiri Camat Negara dari unsur Pemerintahan. Total jumlah peserta 22 orang dan 1 orang notulen fasilitas kegiatan.
Selaku moderator Dr. Muqowim katakan, dalam setiap diskusi tak hanya diskusi tapi semua ikut melakukan interaksi, memecahkan sebuah paradigma agar tidak menjadi blunder. Konsep penerapan secara langsung tentu menghasilkan input yang bisa diterapkan di kalangan masyarakat dan organisasi. Pola bermain, berinteraksi tanpa batas tentu lebih melahirkan situasi keakraban.
Setiap penyampaian membikin para peserta ingin belajar, bertanya, dan melakukan eksperimen dalam pembelajaran. Hingga batas waktu pun tak terasa. Dari inklusi pendidikan, sosial masyarakat, dilema, kecemasan, dan percaya diri serta konflik. Bahkan tiap pembahasan di bagi kelompok yang selalu di ganti.
Salah satu peserta dari unsur pemerintahan I Wayan Andy Suka Anjasmara, S.STP., M.M. jelaskan pelatihan ini pas untuk kalangan organisasi, dan pemerintahan. Selama 2 hari kegiatan justru malah melahirkan inspirasi dan edukasi kompetitif.
“Dan ini bisa diinsplementasikan ketika pulang nanti. Sehingga ini bisa dilakukan dalam memberikan Pelayanan ke Masyarakat Kabupaten Jembrana. Hal yang terpenting dalam pelatihan rasa kebersamaan, memahami situasi dan bisa menyimpulkan analisis yang lebih sering terjadi di masyarakat dan organisasi,” pungkasnya. ™
- Penulis: Jokowae
Comment