“Kunci Inggris” Pemetaan Analis Pemenangan Pilkada Jembrana 2024
- account_circle Jokowae
- calendar_month Selasa, 23 Jul 2024
- visibility 187
- comment 0 komentar

{"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":["local"],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{"transform":1},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":true,"containsFTESticker":false}
Jembrana suarajembrana.com – Menjelang pemilihan kepala daerah tahun 2024, suasana politik sudah mulai menghangat diruang publik, beberapa media cetak dan media sosial sudah mulai riuh dengan diskursus tentang siapa yang akan menjadi bakal calon dan memimpin Jembrana selama lima tahun ke depan. Masing-masing partai politik sebagai peserta pilkada juga sudah mulai tekan tombol “start engine” memanaskan mesin politiknya.

Selain kasak-kusuk koalisi partai politik pengusung pasangan bakal calon Bupat-Wakil bupati, turbulensi politik semakin besar merubah peta konstelasi politik di atas lokal ini, yakni bebasnya “sang maestro” Prof I Gede Winasa (Mantan Bupati dua periode 2000-2010) serta kabar dari Ipat (I Gede Ngurah Patriana Krisna, ST., MT) yang hengkang dari KJM (Koalisi Jembrana Maju) untuk berlabuh berpasangan dengan I Made Kembang Hartawan; Bakal Calon Bupati Jembrana yang akan diusung oleh PDI-P.
Tentu kedua peristiwa diatas berpotensi mempengaruhi positioning bakal Calon Bupati incumbent I Nengah Tamba, SH pada pilkada 2024. Sebab berdasar hasil penelitian Ni Kadek Monica Cahyani dkk (Cahyani: 2024) menemukan bahwa diantara faktor kunci kemenangan Tamba-Ipat pada pilkada Jembrana 2020 adalah mempu mengkapitalisasi nama besar I Gede Winasa guna untuk kepentingan elektoral. Merapatnya Ipat ke Kembang akan berdampak pada migrasi modal sosial yang sebelumnya dimiliki oleh Tamba.
Namun, ini hanya awal konstelasi politik, perjalanannya masih panjang dan politik bukan hanya kalkulasi matematis, ia bergerak dinamis seiring dengan siapa yang mampu meraih kesadaran memori publik dan menggiringnya untuk meningkatkan elektabilitas pada pilkada 2024.
Paling tidak, terdapat 3 hal penting yang dapat dijadikan sebagai strategi untuk meraih kemenangan elektoral sebagaimana adnan Nursal menggambarkan, yakni dengan cara modifikasi strategi 3P: Push, Pull, dan Pass Marketing. Push marketing adalah kemampuan kandidat mempengaruhi pemilih dengan terlibat langsung melalui kegiatan tatap muka yang intens, bakti sosial, sapa pemilih dan lain lain. Pull marketing adalah strategi dengan menghadirkan citra dan gagasan politiknya melalui kanal media dan yang ketiga adalah pass marketing yakni merekrut serta mengkonsolidasikan dukungan tokoh untuk kemenangan dirinya.
Dari ketiga strategi marketing diatas masing masing harus disisipi dengan 3 elemen yang disebut oleh Ruslan Ismail Mage (Ruslan: 2013) sebagai elemen 3D yakni dana, data dan daya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemilihan kepala daerah langsung, biaya politiknya cukup besar yakni dikisaran 10 M sebagaimana dilansir oleh pusat edukasi antikorupsi KPK RI pada tahun 2023, namun dengan strategi 3P tadi secara tepat, ongkos politik dapat defisiensi lebih rendah.
Selain tersedianya dana yang cukup, penguasaan dan pemetaan data menjadi sangat penting seperti data jumlah pemilih, sebaran pemilih dan segmentasi pemilih, psikologis pemilih, isu dan demand pemilih, regulasi, jangkauan ketokohan publik figure dan lain-lain. Penggunaan strategi tanpa berbasis data alih-alih akan memenangkan kontestasi justru kandidat akan mengalami kerugian dengan batasan yang tidak terprediksi.
Ketiga adalah daya. Kemampuan kandidat dan tim pemenangan dalam membangun jejaring politik, sosial dan ekonomi serta kemampuan untuk mengemas dan mengolah serta mereduksi data dan isu untuk pemenangan. Penggunaan berbagai strategi diatas tentu kemenangan dalam pilkada dapat diprediksi, dijangkau dan diwujudkan.
Walaupun pilkada adalah kontestasi antar kandidat, namun ia tidak boleh gersang dari pertarungan ide dan gagasan untuk membangun daerah yang lebih baik. jangan sampai pilkada hanya sebatas cerminan dari demokrasi prosedural semata namun ia harus mewujudkan demokrasi yang substantif. Sehingga siapapun yang terpilih pemenangnya adalah rakyat dengan munculnya pemimpin yang menghadirkan rasa keadilan, kesejahteraan, kemajuan sebagaimana amanah undang-undang.
Ditulis oleh :
Abd, Hamid Hanafi, S.IP., M.IP; Penulis adalah Alumini Departemen Ilmu Politik Universitas Airlangga dan Dosen STIT Jembrana
Email: hamid_seorang@ymail.com
Referensi:
Cahyani, Ni Kadek Monica dkk, 2024, Strategi Pemenangan Politik Tamba-Ipat dalam Pilkada Kabupaten Jembrana Tahun 2020, Politea; Jurnal Ilmu Politik, Vol.16, No.01 (2024) 44-51, Talenta Publisher Mage, Ruslan Ismail, 2013, Berpolitik dengan biaya murah (Solusi mencegah politisi korupsi), Thafa Media, Yogyakarta Nursal, Adman, 2004, Marketing Politik, Gramedia, Jakarta
www.aclc.kpk.go.id
- Penulis: Jokowae
Comment