Kisah Sejarah Dakwah Datuk Guru Haji Muhammad Sa’id Abad 1887 Masehi
- account_circle Jokowae
- calendar_month Minggu, 12 Mei 2024
- visibility 284
- comment 0 komentar

Jembrana suarajembrana.com – Kisah sejarah Islam di Loloan pada abad 1887 Masehi dikisahkan keturunan ke-IV dalam hitungan keluarga besar. Salah satu keturunannya adalah tokoh Loloan Muhammad Idris Bin Sa’ad (71) tahun merupakan tokoh penggiat dan pelestari kesenian Burdah. Dalam perjalanan dakwah Datuk Guru Haji Muhammad Sa’id merupakan alim ulama yang cukup disegani sampai saat ini.

Muhammad Idris menceritakan, dalam perjalanan dakwah Datuk Guru Haji Muhammad Sa’id di tahun 1887 Masehi. Baik itu fatwa dalam penyebaran agama Islam di kampung Loloan, Kabupaten Jembrana. Dimana beliau juga kawan mengaji di Mekkah Syekhuna Kholil Bangkalan, Madura Jawa Timur. Dalam penyebaran agama Islam di Loloan Barat pertama mendirikan Pondok Pesantren. Yang ternyata santri-santri tidak hanya lokal, tapi dari luar negeri Turki dan Saudi Arabia. Bahkan Kyai Muhammad Soleh Kampung Lateng Banyuwangi, Jawa Timur salah satu santrinya yang kini sangat terkenal.
“Dalam pembelajaran selalu mengajarkan ilmu Fiqih, Tauhid, dan Tasawuf. Makanya diterbitkanlah buku dengan judul “Biografi dan Perjalanan Dakwah Datuk Guru Haji Muhammad Sa’id lahir 1831 Masehi (Ulama Loloan 1887 Masehi) yang di tulis oleh Husin Abdul Jabbar yang saat itu masih bertuliskan tangan. Kemudian dibukukan awal pertama oleh Drs. H. Azizuddin, MM. Sehingga lahir gagasan dalam buku di editor oleh Eka Sabara diterbitkan Indie Singaraja,” ungkapnya.
Idris Sa’ad pun menuturkan bahwa buku ini diterbitkan merupakan permintaan para jama’ah kampung Loloan agar bisa diketahui para generasi muda. Diketahui Datuk Guru Haji Muhammad Sa’id kini dimakamkan di TPU Assalam di Loloan Timur, Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana. Beliau wafat di usia (98) tahun yang sumbernya diketahui Datuk Guru Noeh Asy’ari pada bulan Dzulhijjah.
“Buku ini berkisah perjalanan dakwah dimana generasi muda agar lebih memahami sejarah Islam di kampung Islam Loloan. Generasi muda jangan sampai terlupakan bahkan ilmu yang diajarkan Datuk Guru Haji Muhammad Sa’id merupakan ilmu yang tak lekang oleh jaman. Karomah ilmu yang diajarkan gubahan syair Tauhid yang berjudul “Alhamudulliman”. Kajiannya merupakan pujian-pujian pada Allah SWT sebagai tanda syukur hambaNya,” katanya sambil menyairkan syair Tauhid.
Idris Sa’ad pun menegaskan bahwa dari keturunan ke-4, dimana generasi muda paham akan rasa syukur dalam kehidupan dan mensyukuri atas karunia Illahi Robbi. Segala puji pada Dzat Yang menciptakan kebaikan dan keindahan syukur pada Dzat yang telah menciptakan makhluk dengan sempurna. Segala puji pada Dzat yang menciptakan matahari dan bulan. Tiada yang dapat pantas menyandang pujian selain Allah SWT. Segala puji pada Dzat yang Maha Esa dan Azali, Maha Mulia dan Maha Agung Maha Hidup selamanya (abadi) dan tidak terjangkau oleh makhlukNya.
“Segala puji bagi Dzat yang tak ada lawannya. Tak ada tandingan dan tak ada satu Dzat pun yang setara denganNya. Allah tak punya ayah tak punya anak. Tak ada yang setara dan juga tak berkeluarga. Segala puji padaNya. Ya Allah anugerahilah sholawat, salam dan berkat pada junjungan dan pemimpin kami, Nabi Muhammad SAW,” tuturnya mengisahkan syair sambil berlinang air mata. ™
- Penulis: Jokowae
Comment