Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Daerah » Pendidikan » Adat Tradisi Perjodohan Dara Pingitan di Kampung Muslim Loloan

Adat Tradisi Perjodohan Dara Pingitan di Kampung Muslim Loloan

  • account_circle Ed27
  • calendar_month Rabu, 20 Mar 2024
  • visibility 372
  • comment 0 komentar

Jembrana suarajembrana.com – Hampir luput dari ingatan kita dahulu di kampung Loloan, Jembrana Bali pernah menganut tradisi yang amat kuat khusus bagi kaum perempuan yang dibatasi ruang gerak berinteraksi dengan masyarakat luar. Setiap keluarga yang memiliki anak gadis menginjak dewasa langsung terikat dengan tradisi ini. Obralan tradisi adat, budaya dan kesenian Loloan sangatlah menarik yang langsung di baca yang tulis Raden Ashari.

Penulis sejarah dan budayawan Raden Ashari menceritakan, dalil agama sebagai dasar kepatutan merupakan bentuk kepatuhan anak gadis terhadap kedua orang tua, karena maksud dari perlakuan itu sangat berkaitan dengan perjodohan dengan siapa kelak dia akan dipersandingkan. Lalu kemudian berjalannya waktu tradisi ini tidak terdengar lagi dalam sistem perjodohan, kini masyarakat telah melupakan dan tidak tertarik melanjutkan kembali, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tradisi itu semakin luntur dan punah.

banner 336x280

“Mula asal tradisi dara pingit ini bukanlah bawaan dari negeri asal (Bugis) tetapi mulai diajarkan oleh tokoh ulama pemimpin pesantren melalui dakwah dan fatwa memberi pengaruh sangat kuat terhadap norma kepantasan sikap seorang anak dara kepada orang tua dalam menghindari fitnah. Sehingga kontrol orang tua di dalam rumah mutlak diterima oleh seluruh anggota keluarga dengan penuh keikhlasan dan ketaatan,” tuturnya.

Ashari juga menjelaskan, gadis yang dipingit tidaklah sendirian terkadang di dalam rumah ada dua atau tiga orang perempuan saudara sekandung yang harus taat mengikuti aturan sampai batas waktunya mereka dilepas menerima pinangan dari seseorang lelaki. Pada kondisi seperti itu maka tabu baginya apabila berpandangan mata kepada seorang laki yang tidak diketahui dari mana asalnya.

“Berlaku biasa seorang gadis atau anak dara yang baru usia baligh usia 13 tahun sudah tidak leluasa lagi bermain dengan teman diluar rumah sehingga seharian mulai menekuni pekerjaan di dapur, menjahit dan menenun kain. Kemudian pada hari jadwal tertentu mereka bersama beberapa teman menghadiri pengajian di pesantren belajar pendalaman agama disamping itu sebagai kegiatan menghilangkan kejenuhan didalam rumah,” ungkapnya.

“Kala itu kampung Loloan sepi dari orang lalu lalang maka sangat sulit melihat anak gadis berada diluar rumah, tetapi apa yang tidak ketahui dari balik bilik rumah justru mereka mengintip setiap orang yang melintas di depan rumah,” katanya.

Ashari juga secara detail menyampaikan, ciri yang membedakan dara pingit dengan gadis pada umumnya adalah selalu menggunakan kain awik yang diselempang menutup kepala sampai kebawah dengan sedikit wajah tertutup. Wajah tertutup menghindari diri dari pandangan lelaki lain, namun bila terjadi sesuatu yang tidak terduga karena kebetulan si gadis bertatapan muka dengan seorang lelaki dia akan terperanjat dan tersipu malu, kejadian itu akan memberi dampak antara rasa jengah (malu), kagum atau rasa bersalah dan selanjutnya jadi diskusi menarik antara sesama temannya.

“Diantara sesama anak dara pingitan itu ada rasa kegelisahan. Apabila usianya mendekati dua puluh tahun (sebutan perawan tua). Pada kondisi yang demikian takada kekhawatiran orang tua terhadap kelangsungan jodoh, akan ada keluarga terdekat menghubungi untuk menanyakan sesuatu tentang anak gadisnya sampai kepada kesepakatan antara kedua belah pihak keluarga mengatur persyaratan dan penentuan hari pernikahan,” paparnya.

Secara gamblang Raden Ashari menuturkan, gadis pingit hanya diberi tahu dan menerima tawaran orang tua dia akan dijodohkan oleh seorang lelaki dari keluarga sepupu sendiri dan selama masa penantian sampai batas waktu untuk dinikahkan dia tidak akan pernah tahu rupa wajah calon suami itu, tetapi hanya mendengar cerita dari orang terdekat tentang sosok laki itu karena masih memilki ikatan darah keponakan dari bapak atau ibunya sendiri .

“Berjalannya waktu pesantren besar yang telah memberi aturan tentang tatanan dan norma kehidupan bermasyarakat harus kehilangan figur pemimpin kharismatik dan bahkan tidak ada pelanjut untuk memimpin perguruan tersebut,” ungkapnya.

Setelah kehilangan tokoh ulama lambat laun pengaruhnya semakin memudar hingga akhir tahun tujuh puluhan tidak terdengar lagi sebutan anak dara pingitan, terbuka pilihan teman hidup karena akses pendidikan tradisional dalam pesantren bergeser ke sistem pendidikan umum.

“Kemudian faktor lain adalah orang tua memberi pilihan anak gadis menempuh pendidikan formal terbuka sampai pada jenjang pendidikan menengah bahkan berlanjut ke perguruan tinggi,” katanya.

Ashari pun mengakhiri wawancara secara tegas bahwa tradisi anak dara pingit sangat melekat dalam pola ikatan perjodohan yang menjadi ciri kehidupan bermasyarakat di Loloan, pada akhirnya ditinggalkan oleh masyarakat sendiri dan bahkan tidak ada yang sanggup mengulang kembali. Tidak ada yang menyesali saksi terakhir dari nenek-nenek yang kini berusia enam puluh tahun lebih menjadi bukti bahwa perjodohannya telah mengikuti tradisi sebagai anak dara pingitan.

 

Penulis : Raden Ashari

  • Penulis: Ed27

Comment

Rekomendasi Untuk Anda

  • Tradisi Kain Setalam Gunting Rambut Bayi dan Ambur Salim di Jembrana

    Tradisi Kain Setalam Gunting Rambut Bayi dan Ambur Salim di Jembrana

    • calendar_month Kamis, 28 Sep 2023
    • account_circle Ed27
    • visibility 472
    • 0Komentar

    Jembrana suarajembrana.com – Di masyarakat Jembrana, upacara pemotongan rambut bayi berumur 180 hari pada bulan Maulid menjadi salah satu tradisi yang menggambarkan kekayaan tradisi budaya. Prosesi pemotongan rambut diiringi dengan acara ambur salim, yang melambangkan keselamatan bagi semua yang hadir. Tradisi male di Kabupaten Jembrana, Bali, melibatkan berbagai kegiatan pada saat sang bayi berumur 180 […]

  • Kodim 1617/Jembrana Berbagi Takjil Untuk Jama’ah Masjid di Kota Negara

    Kodim 1617/Jembrana Berbagi Takjil Untuk Jama’ah Masjid di Kota Negara

    • calendar_month Selasa, 2 Apr 2024
    • account_circle Ed27
    • visibility 273
    • 0Komentar

    Jembrana suarajembrana.com – Terlihat para anggota TNI dari Kodim 1617/Jembrana dengan penuh semangat dan senyuman berbagi takjil berbuka puasa untuk masyarakat di masjid-masjid yang berada di Kota Negara. Selasa (02/04/24). Saat dikonfirmasi Dandim 1617/Jembrana Letkol Inf M. Adriansyah S.I.P. menyampaikan bahwa di bulan yang penuh berkah ini menjadi momentum bagi semua yang melaksanakan untuk meningkatkan […]

    • calendar_month Rabu, 10 Jul 2024
    • account_circle Ed27
    • visibility 415
    • 0Komentar

    Cuplikan Video Durasi 2 Menit Sikap I Gede Patriana Krisna Mengejutkan Publik Jembrana – Video pernyataan I Gede Patriana Krisna, atau yang akrab disapa Ipat, mengenai niatnya untuk mendampingi I Made Kembang Hartawan dari Partai PDIP dalam Pilkada Jembrana 2024 telah mengejutkan publik. Ipat saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Jembrana dan pada Pilkada sebelumnya […]

  • Pasca Banjir, Ratusan Pohon Ditanam di Bantaran Sungai

    Pasca Banjir, Ratusan Pohon Ditanam di Bantaran Sungai

    • calendar_month Jumat, 26 Sep 2025
    • account_circle Ed27
    • visibility 735
    • 0Komentar

    suarajembrana.com – Sebagai respons terhadap bencana banjir yang melanda beberapa waktu lalu, sebanyak 300 pohon jenis mahoni dan pala ditanam di kawasan DAM Mendoyo Dauhtukad, Jumat (26/9). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mitigasi bencana sekaligus pelestarian lingkungan di wilayah hulu sungai. Penanaman pohon ini bertujuan untuk memperkuat struktur tanah guna mencegah longsor, serta meningkatkan […]

  • Sukses! Lomba Burung Berkicau Kapolres Cup Jembrana ke-XI Ramaikan Hari Bhayangkara ke-79

    Sukses! Lomba Burung Berkicau Kapolres Cup Jembrana ke-XI Ramaikan Hari Bhayangkara ke-79

    • calendar_month Minggu, 22 Jun 2025
    • account_circle Ed27
    • visibility 708
    • 0Komentar

    suarajembrana.com – Dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79, Polres Jembrana sukses menggelar Lomba Burung Berkicau Kapolres Cup Jembrana ke-XI pada Minggu, 22 Juni 2025. Bertempat di halaman depan Mako Polres Jembrana, acara ini berlangsung meriah dari pukul 11.00 wita hingga 18.30 WITA dan berhasil menyedot perhatian para kicau mania dari seluruh penjuru Jembrana. Acara yang […]

  • Dua Titik Lokasi Di Gelar Gerakan Pangan Murah, Salurkan 400 Sak Beras SPHP

    Dua Titik Lokasi Di Gelar Gerakan Pangan Murah, Salurkan 400 Sak Beras SPHP

    • calendar_month Senin, 18 Agt 2025
    • account_circle Ed27
    • visibility 147
    • 0Komentar

    suarajembrana.com – Satuan Samapta Polres Jembrana, Polda Bali, menggelar kegiatan Gerakan Pangan Murah dengan menyalurkan beras program SPHP (Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan) sebanyak 2 ton atau setara 400 sak beras ukuran 5 kilogram, Senin (18/8). Kegiatan tersebut berlangsung di dua lokasi, yakni Pasar Jembrana, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, serta di Lingkungan BB Agung, Kecamatan […]

expand_less