Jejak-Jejak Heroik Napak Tilas Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai
- account_circle Ed27
- calendar_month 1 jam yang lalu
- visibility 38
- comment 0 komentar

suarajembrana.com – Jejak heroik napak tilas pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai mencakup beberapa lokasi penting yang terkait dengan perjuangannya, seperti Desa Carangsari (tempat kelahirannya di Kabupaten Badung), Desa Marga (lokasi Pertempuran Puputan Margarana), dan berbagai lokasi lain seperti Taman Pujaan Bangsa Puputan Margarana dan titik-titik strategis di seluruh Bali seperti yang terlihat dalam kegiatan napak tilas lintas kabupaten. Ada sembilan kabupaten/kota yang dilintasi dalam rangkaian serahterima pataka, panji-panji, dan surat sakti I Gusti Ngurah Rai.
Rute napak tilas ini sering kali menjadi bagian dari peringatan, dengan agenda seperti upacara penghormatan, serah terima pataka, dan kegiatan lainnya yang bertujuan mengenang perjuangan beliau.
Wakil Ketua penyelenggara Napak Tilas ke 79 Rai Riawati, ceritakan saat di lepas oleh Danrem 163/Wira Satya: Brigjen TNI Ida I Dewa Agung Hadisaputra pada tanggal 11 Nopember 2025 menuju Kabupaten Jembrana. Saat tiba langsung dilakukan upacara serahterima Pataka panji-panji dan surat sakti I Gusti Ngurah Rai diterima Wakil Bupati Jembrana I Gede Patriana Krisna untuk di usung keliling Jembrana.
“Hal unik kami bersama juri dan pengawal merasa aura yang menjadi semangat kami bersama. Di Monumen Gelar yang mana benar-benar kami merasakan hal cukup heroik yang pernah terjadi di lokasi Monumen Gelar di, Banjar Palungan Batu, Desa Batuagung, Jembrana,” ungkap yang akrab di sapa Bu Agung.
Menurut Rai Riawati bahwa kondisi monumen memang licin tapi sangat bagus. Dan ini perlu menjadi perhatian pemerintah, agar lebih terpelihara dengan baik. Baik itu lingkungan yang menyatu dengan alam sekitar, kebersihan, dan juga penerangan agar lebih jelas terlihat saat masyarakat berkunjung.
“Kemudian meluncur usai istirahat siang di TMP Kesatria Kusuma Mandala. Hujan mengguyur pasukan Napak Tilas dan kami pun tetap melakukan long match agar lebih terasa heroik seperti saat I Gusti Ngurah Rai berjuang, semangat peserta pun tak luntur. Hingga terkhir menunju Monumen Pebuahan di Banjar Pebuahan, Desa Pebuahan, Kecamatan Negara. Dimana Monumen Pebuahan yang hancur dan hilang diterjang abrasi ombak pada pertengahan Juni 2024,” tuturnya.

Harapan kami bersama agar pemerintah melakukan alokasi untuk segera dibuatkan monumen sekitar itu. Agar mengetahui peristiwa perang laut pendaratan pasukan Kapten Markadi. Dan malam saat sarasehan yang dihadiri Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan pun sangat disayangkan kondisi penerangan di Pendok Ksari malah tidak hidup. Kasihan anak-anak dimana harus melihat bupatinya hanya disorot lampu blitz milik humas Pemkab Jembrana.
Rai Riawati jelaskan, tanggal 12 Nopember 2025 Pataka Panji-Panji dan Surat Sakti menuju Singaraja. Serahterima di Taman Kota Singaraja yang dipimpin Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna. Monumen Dharma Yudha Mandala di eks. Pelabuhan Buleleng dan dilanjutkan makan siang. Dimana lokasi yang masih tampak kotor, seperti terminal dimana banyak kendaraan parkir dan melintas. Perlu disikapi dengan bijak oleh pemerintah Singaraja, agar menjaga keaslian daripada kondisi monumen atau tugu yang ada.
“Rombongan kemudian menuju Taman makam Pahlawan Curastana, oleh pendiri waktu itu, para pejuang yang telah gugur melawan penjajah dengan semangat “Banteng Kedaton”, sehingga dibangun tugu Banteng Kedaton. Dilakukan penghormatan dan tabur bunga.
Kemudian Monumen Perjuangan Tri Yudha Sakti sebagai tempat persemayaman pataka. Dimana banyak pemugaran dan renovasi disana yang memang perlu dilakukan pembenahan berupa lampu penerangan agar lebih terlihat jelas di masyarakat,” katanya
Rai Riawati juga jelaskan, pada hari Kamis, 13 November 2025, Pataka panji-panji dan surat sakti diserahterimakan bertempat di Lapangan Gajah Wea, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Diterima langsung oleh Sekda Karangasem I Ketut Sedana Merta,ST.,MT. dalam kondisi hujan deras. Yang mana sekda langsung membuka tenda agar acara tetap dilaksanakan walau kondisi hujan. Itu merupakan contoh bagi kita semua, agar timbul rasa kebersamaan. Ini juga contoh bagi para pimpinan dan juga generasi penerus cita-cita bangsa. Perlu diingat bahwa para pahlawan itu tidak mengenal hujan, panas yang perlu diambil hikmahnya.
“Dilanjutkan untuk disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Ciung Wanara, Kabupaten Karangasem. Disitu pula dilakukan sarasehan yang langsung dilaksanakan oleh veteran (LVRI),” paparnya.
Penamaan Ciung Wanara merujuk pada sosok kesatria dalam legenda Bali. Pertempuran di Tanah Aron, Karangasem, bukanlah pertempuran besar yang dipimpin langsung oleh I Gusti Ngurah Rai, melainkan merupakan salah satu pertempuran di mana pasukan yang dipimpinnya, Pasukan Ciung Wanara, berperan penting. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 7 Juli 1946 melawan pasukan NICA Belanda dan berakhir dengan kemenangan di pihak pasukan Ngurah Rai karena semua prajurit NICA tewas, sementara tidak ada satu pun dari pejuang Ciung Wanara yang gugur.
Rai Riawati yang sudah 26 tahun mengawal pataka panji-panji dan surat sakti dengan detail katakan, Hari Jumat tanggal 14 Nopember 2025 Pataka Panji-Panji dan Surat Sakti I Gusti Ngurah Rai menuju Kabupaten Klungkung. Apel serah terima Pataka, Panji – panji dan Surat Sakti oleh Pemkab Karangasem dilanjutkan dengan penandatanganan naskah serah terima oleh Bupati Satria di Alun-Alun Ida Dewa Agung Jambe.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Napak tilas panji panji dan surat sakti di seputaran Klungkung Daratan sebelum akhirnya disemayamkan di Balai Budaya Ida I Dewa Agung Istri Kanya. Diserahterimakan wakil Bupati Tjokorda Gde Surya Putra.
“Kami juga melakukan long march menuju tempat sejarah Monumen di Desa Pangi Klungkung bernama Monumen Puputan Klungkung. Monumen ini terletak di pusat Kota Semarapura, Kabupaten Klungkung, dan merupakan simbol perjuangan rakyat Klungkung melawan penjajah Belanda,” ujarnya.
I Gusti Ngurah Rai: Meskipun bukan berasal dari Desa Pangi, panji-panji dan surat sakti I Gusti Ngurah Rai, simbol perjuangan Brigade Nusa, diarak dan disemayamkan di Tugu Pahlawan Dusun Pangi, Desa Pikat, sebagai bagian dari kegiatan napak tilas untuk melestarikan nilai-nilai patriotisme. Disini ada kejadian unik dimana mobil patwal yang bisa mengawal kami, tiba-tiba mati sama saat kejadian tahun 2023. Dan selalu ditikungan itu terjadi. Ini bertanda kita harus introspeksi diri, patwal dari kepolisian pun sempat heran. Tapi kami tetap jalan melakukan penghormatan di tugu tersebut.
Rai Riawati tambahkan, hingga menuju Balai Budaya Klungkung bernama Balai Budaya Ida Dewa Agung Istri Kanya. Disini disemayamkan untuk melanjutkan perjalanan esok hari. Sore itu dilakukan sarasehan jasa para pejuang di Gumi Serombotan.

Pada tanggal 15 Nopember 2025 Pataka Panji-Panji dan Surat Sakti I Gusti Ngurah Rai dibawa ke Kabupaten Bangli. Bertempat di Alun-Alun Kota Bangli. Langsung diterima Bupati Sedana Arta dan Wakil Bupati Bangli Wayan Diar hadir lengkap memakai pakaian PPM yang juga merupakan anggota tersebut.
“Di Kabupaten Bangli pertama datang ke di Desa Pengejaran, Bangli, tidak ada monumen sejarah yang terpusat di desa itu sendiri, tetapi terdapat monumen sejarah yang terkait erat dengan lokasi dan perjuangan pahlawan lokal. Monumen yang paling relevan adalah Monumen Perjuangan Kapten Anak Agung Gede Anom Mudita di dekat Desa Penglipuran, Bangli, karena Kapten Mudita tewas dalam pertempuran di dekat area tersebut,” ungkapnya.
Ada pula terdapat beberapa monumen sejarah penting, seperti Monumen Perjuangan Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 di Desa Jehem (Tembuku) dan Monumen Kapten Anak Agung Gede Anom Mudita di dekat Penglipuran, yang merupakan pahlawan dari daerah setempat yang gugur dalam perjuangan kemerdekaan.
Ria Riawati ungkapkan, selama kegiatan tokoh masyarakat dan tokoh pemuda mengusung pataka, panji-panji, dan surat sakti. Bahkan antusias itu tampak dengan masyarakat turun dengan merayakan mirip dengan seperti Odalan. Selain ada iringan Bleganjur, tarian penyambutan juga diiringi pula seni bela diri Tengklung. Ini merupakan ciri khas selama kami mengamati bahwa Kabupaten Bangli.
Bahkan adat, budaya, dan tradisi masyarakat tidak lekang, tetap mempertahankan natural. Dari kudapan yang disajikan semua menggunakan bahan alam. Tanpa piring lauk pauk dari ikan teri hasil tangkapan di danau, keladi yang di olah menjadi berkedel, sayurnya urapan kelapa daun pakis merupakan panganan favorit yang begitu mengundang selara makan. Dibagikan dengan di bungkus daun jati. Dan untuk jajanan menggunakan daun kelapa yang berbentuk seperti canang ceper.
Pataka, panji-panji, dan surat sakti disemayamkan di Monumen Penglipuran Bangli adalah Tugu Pahlawan Penglipuran, sebuah monumen bersejarah yang terletak di Desa Penglipuran. Dan malam itu juga dilakukan sarasehan yang di kawal Dinas Sosial Kabupaten Bangli. Malam itu semarak diisi dengan joget bumbung menambah keakraban antara masyarakat setempat dan juga para undangan.
Berlanjut ke Gianyar pada hari Minggu tanggal 16 Nopember 2025. Upacara serah terima Pataka, Panji-Panji, dan Surat Sakti I Gusti Ngurah Rai dalam rangka Napak Tilas Pahlawan Nasional Tahun 2025 berlangsung khidmat di Alun-Alun Kota Gianyar. Ada 22 tugu atau monumen yang dilalui peserta Napak Tilas. Salah satunya monumen Patung Kapten I Wayan Dipta yang cukup terkenal. Monumen Markas PRI (Pejuang Republik Indonesia) Blahbatuh. Sejarah itu di Gianyar sebagai ketuanya adalah Pak Dipta. Para pejuang Blahbatuh juga ikut membentuk PRI (markasnya di lokasi Kantor Desa Blahbatuh sekarang) yang dibentuk oleh para pejuang Blahbatuh di bawah pimpinan Ketut Kotji, Ngakan Putu Gita dan yang lainnya berjumlah total 77 orang (tercatat dalam data Veteran PKRI Kabupaten Gianyar) dan dalam penyamarannya menggunakan baju karung maka sering dijuluki Pasukan Karung.
Yang mana masyarakat sekitar yang melintas kesulitan mengabadikan momen foto karena sangat terganggu oleh kabel yang berseliweran di dekat monumen tersebut. Ini perlu menjadi catatan tersendiri tidak hanya di Gianyar di kabupaten lain pun hal sama kita amati bersama. Tapi menurut informasi akan di bangun pasar dekat monumen itu dengan sistem kabel tanam.

Berlanjut pada hari Senin tanggal 17 Nopember 2025, pataka, panji-panji, dan surat sakti menuju kota Denpasar. Upacara di Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung (dahulu Taman Puputan Badung) di Denpasar. Menuju monumen yang berada di kawasan Catus Pata Banjar Tainsiat, di Monumen I Gusti Ngurah Made Agung. Disinilah hal yang perlu kita sama-sama belajar tentang tata kelola kota. Dimana di Timur monumen itu ada bak sampah yang baunya menyengat. Kenapa tidak direalisasikan ke tempat lain. Setelah melakukan penghormatan, pasukan menuju Puri Kesiman.

Di Puri Kesiman pataka panji-panji dan surat sakti disemayamkan sekitar 1 jam kurang lebih. Sejarah mencatat nonumen ini dibangun untuk mengenang dan mengedukasi publik tentang sejarah perjuangan rakyat Bali dalam Perang Puputan Badung tahun 1906. Pembangunannya menggabungkan unsur sejarah, budaya, dan nilai-nilai heroisme rakyat Bali, dengan relief kuningan yang menggambarkan kisah perjuangan di bagian pedestal.
Dilanjutkan menuju Kabupaten Badung atau kota Mangkupura. Sejarahnya terkait erat dengan perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Badung. Area ini dibangun di Sempidi setelah ibu kota kabupaten dipindahkan dari Denpasar pada tahun 2009. Disini pun pataka panji-panji dan surat sakti menunggu untuk persiapan serahterima. Walau sangat sederhana dalam penyambutan, karena jelang penampahan Galungan.
Dilanjutkan usai itu ke Kabupaten Tabanan, upacara dilaksanakan di Kantor Pemkab Tabanan pada hari Selasa (18/11/2025). Rute perjalanan dimulai dari halaman Kantor Bupati Tabanan menuju pusat Kota Tabanan, kemudian bergerak ke Rumah Pak Katon di Desa Bengkel Sari, Kecamatan Selemadeg Barat.
Rombongan juga melewati Desa Lumbung dan MBO Munduk Malang untuk melaksanakan penghormatan sebelum kembali melalui Jalan Pahlawan, BTN Sanggulan, Jadi, Pengembungan, dan berakhir di Pura Dalem Basa Ole sebagai titik finish.
Kisah berawal di MBO Munduk Malang yang mana di ruang musim masih kotor dimana sampah bekas sarana banten berserakan. Karyawan pun berupaya membersihkan saat itu juga. Dan sedikit kasak kusuk rupanya upah kerjanya hanya di bayar berupa tali asih. Semoga ke depan upaya kesejahteraan para pekerja dapat difasilitasi daerah. Bahkan koleksi foto pun diperjelas dengan identitas nama yang mulai luntur dan nyaris hilang.
“Kami juri dan tim juga sangat bersyukur bisa mengedukasi dan belajar bersama para tokoh-tokoh yang peduli terhadap sarana dan prasarana lingkungan. Momentum Puputan Margarana kita isi dengan semangat Puputan, pantang menyerah, dan berani dalam bertindak serta jujur dalam melangkah. Sekali merdeka tetap merdeka.
“Satu lagi yang paling utama adalah mari sama-sama memasang bendera saat hari-hari bersejarah. Sebagai bentuk rasa cinta kebangsaan dan nasionalisme kita sebagai generasi penerus cita-cita bangsa,” pungkas Rai Riawati didampingi pengawal Isnaini dan Eddy yang merupakan pengawal Pataka Panji-Panji dan Surat Sakti. ™
- Penulis: Ed27

Comment