Idul Fitri Kembali Ke Fitrah Membalut Realitas Kehidupan Manusia Secara Islami
- account_circle Ed27
- calendar_month Selasa, 1 Apr 2025
- visibility 281
- comment 0 komentar

suarajembrana.com – Setelah selama 30 hari penuh menjalankan ibadah puasa. Bulan penuh rahmat dan barokah. Semoga amal ibadah itu tercatat di dunia dan di akhirat. Dan dileburnya dosa-dosa terampuni Allah SWT. Dan perjalan hidup insan manusia mendapatkan berkah. Sebagai seorang muslim yang sejati banyak menjaga iman dan taqwa. Hari kemenangan adalah kembali ke Fitroh, yang mana mulai dengan rutinitas sehari-hari dan menjauhi segala laranganNya.

Khotib Haji Syaifulloh, katakan, hari ini adalah hari kemenangan bagi kita umat Islam yang sudah menjalankan ibadah puasa, bukan hanya kemenangan dari menahan lapar dan dahaga, tetapi kemenangan sejati dalam mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan kualitas diri dalam pendekatan ilahi.
“Hari ini kita ber-Iedul Fitri, setelah sebulan penuh melatih diri dengan ibadah dan kesabaran, kini tiba saatnya kita kembali ke fitrah, yaitu Kembali ke keadaan suci sebagaimana bayi yang baru dilahirkan,” jelasnya.
Haji Syaifulloh pun paparkan, kemenangan ini tidak boleh berhenti pada perayaan semata. Idul Fitri seharusnya menjadi titik tolak bagi kita untuk terus memperbaiki diri, menjaga semangat ibadah, meningkatkan kualitas iman dan taqwa, serta menumbuhkan kesadaran sosial yang lebih tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
“Idul Fitri adalah momentum terbaik untuk mempererat kembali tali silaturahmi, memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang, serta menghidupkan kembali rasa persaudaraan di antara kita. Islam sangat menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah, karena persatuan dan kebersamaan adalah kekuatan besar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” tegasnya.
Ia juga menegaskan kepada jama’ah sholat Iedul Fitri di pelataran Gedung Dakwah Masjid Annur Muhammadiyah Jembrana. Kita benar-benar dapat mewujudkan prinsip ḥablum minallāh wa ḥablum minan-nās, yaitu menjaga keseimbangan antara hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita dengan sesama manusia.
“Selain itu kehidupan manusia terus berjalan dengan cepat, diiringi dengan berbagai perubahan sosial dan budaya yang semakin pesat. Perkembangan terjadi begitu cepat, dalam hitungan dekade, bahkan tahun. Hal ini semakin nyata sejak ditemukannya internet pada tahun 1990-an, yang menandai awal dari era digitalisasi,” kutipnya.
Internet tidak hanya mempermudah akses informasi dan komunikasi, tetapi juga membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, pola interaksi sosial, dan bahkan cara kita memahami serta menjalankan ajaran agama. Digitalisasi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan kita.
“Informasi yang dulunya sulit dijangkau kini tersedia dalam hitungan detik melalui jaringan internet. Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, menghubungkan manusia dari berbagai belahan dunia tanpa mengenal batasan ruang dan waktu,” tuturnya.
Haji Syaifulloh menyatakan, hoaks, fitnah, dan berita palsu semakin sulit dibedakan dari fakta, sehingga menuntut kita untuk lebih selektif dan kritis dalam menerima serta menyebarkan informasi yang ada.
“Di tengah derasnya arus perubahan ini, umat Islam harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman. Kemajuan teknologi tidak boleh menjauhkan kita dari agama, tetapi justru harus dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,” jelasnya.
Mari bersama-sama jadikan Al-Qur’an dan hadits tetap menjadi pedoman utama dalam menghadapi perkembangan zaman. Jika kita tidak berhati-hati, kemajuan teknologi dapat membuat kita lalai dari beribadah, lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya daripada dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagai Muslim yang hidup di era modern, kita dituntut untuk cerdas dalam menyikapi perubahan ini. Islam tidak pernah menolak kemajuan, tetapi justru mengajarkan bagaimana menggunakannya untuk kebaikan umat. Teknologi bisa menjadi sarana dakwah, penyebaran ilmu, dan peningkatan kesejahteraan umat jika digunakan dengan bijak.
“Oleh karena itu, kita harus senantiasa mengingat tujuan hidup kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan membawa manfaat bagi sesama. Dengan menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pelaksanaan nilai-nilai Islam, kita dapat menjalani kehidupan modern tanpa kehilangan jati diri sebagai hamba Allah yang taat,” kata Syaifulloh dan melanjutkan doa. ™
- Penulis: Ed27
Comment