Melestarikan Akar Budaya Kesenian Burdah Kampung Loloan
- account_circle Jokowae
- calendar_month Minggu, 12 Mei 2024
- visibility 145
- comment 0 komentar

Jembrana suarajembrana.com – Burdah merupakan alat musik Islam, dimainkan dengan cara dipukul. Sumber bunyi berasal dari Membrane, Rebana Burdah merupakan alat musik yang tergolong alat musik Membranofon. Rebana Burdah merupakan jenis alat musik ritmis jadi tidak mempunyai nada seperti alat musik melodis.

Burdah kampung Loloan Barat yang masuk keturunan ke-III hingga kelestarian kesenian ini perlu dikembangkan, sehingga banyak diminati kalangan anak muda. Trio Burdah Loloan Barat terdiri dari Haji Muhammad Hairi yang selalu di sapa pak Amat Con (88) tahun, Muhammad idris usia (71) tahun, dan Sukri usia (70) tahun.
Salah satu personil Haji Muhammad Hairi menjelaskan, bahwa kesenian Burdah yang kini sering dimainkan merupakan keturunan ke-III. Melestarikan kesenian Burdah sejak tahun 1956 hingga kini. Asam garam tentu merupakan hal yang wajar. Karena ini kesenian yang bisa di bilang cukup tua. Bahkan hanya ada saat hajatan, perkawinan, sunatan atau menempati rumah baru, Minggu (12/05).
“Kesenian Burdah adalah suatu Qasidah (lagu-lagu) yang berisi syair tentang pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syair tersebut diciptakan oleh Imam al Busiri dari Mesir. Yang merupakan alunan Islami klasik, bahkan di Kampung Loloan dengan ciri khas asli bernafas Melayu Bali,” ungkapnya.
Haji Muhammad Hairi juga menyatakan, kesenian Burdah merupakan turun-temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat. Sehingga generasi muda bisa mengembangkan bakatnya dalam berkesenian tradisional yang bernafaskan Islam.
“Tak hanya disukai para tokoh agama bahkan para pejabat sekelas bupati di era, Ida Bagus Indugosa,S.H, Prof.Dr.drg. I Gede Winasa dan I Putu Artha, SH. MM., sangat menyukai Burdah. Bahkan di event acara keagamaan pasti bupati selalu menanyakan Burdah harus tampil. Saat itu era yang puncak keemasan Tahun 1995 dimotori oleh Ikrar Negara,” katanya.
Hairi juga ungkapkan, Burdah Kampung Loloan pernah tampil seperti Tahun 1995 dalam Festival Istiqlal ke II di TIM Jakarta, selanjutnya tampil event undang warga di Wongsorejo Banyuwangi, Denpasar, Singaraja hingga keluar kota bahkan kabupaten lain di Bali.
“Harapan sebagai seniman Burdah pemerintah agar diberikan ruang-ruang tampil sebagai akar budaya yang bisa mengakar ke generasi muda. Karena dengan itu tentu kelestarian Burdah tetap bisa lestari bahkan bisa tampil ke mancanegara,” pungkas Hairi saat latihan di rumah panggung Loloan. ™
- Penulis: Jokowae
Comment