Bisnis Usaha Sewa Baju Pengantin dan Pakaian Adat Bali Menjanjikan Masa Depan
- account_circle Ed27
- calendar_month Kamis, 19 Jun 2025
- visibility 147
- comment 0 komentar

suarajembrana.com – Usaha sewa baju pengantin dan pakaian adat memiliki potensi bisnis yang menjanjikan. Dengan meningkatnya jumlah pasangan yang menikah dan acara-acara adat yang masih dilestarikan, permintaan akan pakaian pengantin dan pakaian adat terus ada. Walau awal buka dihantam badai Pandemi Covid-19, para pengusaha sempat pada gulung tikar. Akan tetapi kini mulai pulih, dan ini justru memicu untuk kreatif dan berinovasi. Jangan mudah luntur, apapun itu resikonya.

Pengusaha Inapradnya Wedding Galery Ni Ketut Widiawati (41) Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana Bali, katakan, usaha rental atau sewa busana pengantin dan busana adat Bali, khususnya di Jembrana itu merupakan peluang bisnis yang menggiurkan. Ide kreatif ketika baru buka tahun 2011 berupa salon kecantikan dan sewa hanya 1 baju 2019, malah di hantam badai Pandemi Covid-19, Kamis (19/6/2025).
“Pandemi Covid-19 mengajarkan bahwa hidup perlu netralisir dalam dinamika kondisi. Saat itu banyak usaha yang baru dirintis harus pupus. Bahkan barang yang sudah pesanan dan order dengan uang muka hangus. Mau tidak mau saat itu harus banting setir. Sebagai abdi negara juga di pemerintahan daerah, tentu bisa membagi waktu antara tugas negara dan pekerjaan sampingan,” ungkap Widia didampingi si kecil.
Widia ceritakan, saat pertama punya usaha ada salah satu rekan yang juga merupakan MC (Master of Ceremony) punya nama di Kabupaten Jembrana. Tertarik memakai busana adat Bali plus songket, saat itu hanya bertarif Rp.75.000. Bahkan menawarkan akan di pasang di medsos. Rintisan inilah lahir ide untuk melalui langkah usaha dengan menawarkan jasa lewat jalur medsos.
“Saat itu sudah lengkap payasan, alat weeding, kain songket, kebaya, seladang yang lumayan harganya. Hanya menjadi pajangan tanpa ada geng menyewa,” jelasnya.
Menurutnya, untuk pakaian adat Bali yang disewakan meliputi, weeding khas Bali terdiri Kamen (kain Bali), Songket, saputan, saput udeng, dan sabuk prada. Untuk jenis udeng Bali berupa udeng tatahan. Untuk modal awal kisaran puluhan hingga ratusan juta, itu perlengkapannya. Untuk desain banyak mengkuti tren masa kini. Di Bali kini tren Payas Kejuang, berupa kabaya dan saputan.
“Untuk jenis pakaian kebaya berupa payet yang jenisnya memang lumayan rumit, dan ini hanya di pakai saat weeding (perkawinan). Dan harga nya pun kisaran jutaan. Untuk sewa dari harga Rp. 100.000 sampai hingga Rp.300.000 untuk kebaya. Kain songket dari Rp.250.000 hingga jutaan rupiah. Dengan sistem sewa sekali pakai dan mengembalikan tanpa harus dicuci, karena jenis kain ini modelnya beda untuk mencucinya. Tren kekinian Tahun 2025 adalah full payet dan sedikit memanjang,” jelasnya Widia sambil melayani penyewa kain songket untuk acara perpisahan sekolah.
Ia pun berharap semakin ke depan busana adat Bali serta tradisional Bali bagi kalangan generasi muda jangan lunturkan kultur dan taksu Bali yang banyak corak ragam serta budaya. Demikian juga usaha jangan gampang luntur, terus berusaha apapun itu resikonya.
- Penulis: Ed27
Comment