Pataka, Panji-Panji dan Surat Sakti I Gusti Ngurah Rai Telusuri Sejarah Perjuangan di Jembrana
- account_circle Ed27
- calendar_month Sabtu, 11 Nov 2023
- visibility 276
- comment 0 komentar

Jembrana suarajembrana.com – Serah terima Pataka dan Panji-Panji serta Surat Sakti I Gusti Ngurah Rai, dipimpin langsung Wakil Bupati Jembrana Patriana Krisna di depan Taman Pecangakan, Kelurahan Dauhwaru Kecamatan Jembrana, Sabtu (11/11). Tampak hadir Kasdim 1617/Jembrana, PPM Provinsi Bali, Wakaplores, Kajari, Pengadilan Negeri, Danyonif 741/GN yang diwakili Dankipan, Ketua LVRI, para jajaran OPD, dan kalangan organisasi KNPI, PPM Kabupaten Jembrana serta FKPPI. Bahkan dimeriahkan anak sekolah dari SD hingga SMPN dan SMAN/MAN/SMK, termasuk juga Pramuka di Kabupaten Jembrana.

Napak Tilas yang tahun ini diselenggarakan cukup meriah di depan kantor bupati. Iringan marching band berkolaborasi dengan Beleganjur dari SMAN 2 Negara. Bahkan semarak anak-anak sekolah dasar dan juga guru mengiringi kedatangan para pembawa pataka, panji-panji dan surat sakti I Gusti Ngurah Rai.
Selaku pembina dan juga menjabat Analis Kebijakan Ahli Muda Ida Bagus Eka Ariana SE. jelaskan bahwa rute pasukan pembawa pataka, panji-panji dan surat sakti I Gusti Ngurah Rai menggedor semangat juang dan pantang menyerah di kalangan generasi milenial di Kabupaten Jembrana. Pasukan PPI (Purna Paskibraka Indonesia) puluhan anak ini sangat bangga bisa membawa dan menelusuri tonggak-tonggak sejarah yang ada di Kabupaten Jembrana.
“Arah pertama pasukan pembawa pataka, panji-panji, dan surat sakti ke TMP Kesatria Kusuma Mandala Negara langsung istirahat makan siang. Masuk TMP dan keluar dilakukan penghormatan kepada para pahlawan dann dilanjutkan menuju ke Monumen Pahlawan I Gusti Ngurah Dwinda yang merupakan tokoh pejuang muda di usia 22 tahun rela mengorbankan demi bangsa dan kehormatan tanah air,” jelasnya.
Eka juga menuturkan setelah melakukan penghormatan di Monumen tersebut iring-iringan yang di pantau juga dari Provinsi melalui organisasi PPM (Pemuda Panca Marga) yang juga ada penyampaian penjelasan menggunakan toa selama perjalanan. Intinya selama perjalanan Napak Tilas dikumandangkan bahwa di Kabupaten Jembrana ada 20 Monumen pahlawan, secara heroik berjuang demi bangsa. Para pejuang secara tegas anti penjajah yang ingin menduduki Bali.
“Perjalanan dilanjutkan ke Monumen Peh di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya. Dimana sejarah mencatat bahwa pasukan Markadi melakukan konsolidasi dan bergabung dengan pasukan di Jembrana pada bulan April 1946. Setelah pengobatan di monumen dilanjutkan ke Desa Baluk, Kecamatan Negara dimana ada peristiwa anak muda Baluk I Ketut Nengga gugur saat konfrontasi melawan pasukan Jepang. Hingga ada juga pasukan Jepang yang tewas yang di kenal dengan kisah “Pejuang Telah Pergi, Patah Tumbuh Hilang Berganti.” Walau perjuangan saat itu hanya menggunakan klewang, keris dan bambu runcing,” katanya.
“Dilanjutkan hingga sore hari menuju Monumen Taman Sangkur. Dimana terjadi perang sengit pada 13 Desember 1945 tentara Jepang turun di Pura Puseh, Banjar Tengah, Kecamatan Negara. Pasukan Jepang memasuki tanah milik Pan Wera (dikenal dengan nama Pan Toya). Tentara Jepang dengan bayonet terhunus membabi buta menghajar para pejuang yang saat itu memang tak memiliki senjata atau alat tempur. Berbekal klewang, keris dan bambu runcing hingga di daerah ini terkenal dengan istilah perang sangkur,” imbuhnya.
Eka juga utarakan pula, usai itu para pasukan pembawa pataka, panji-panji dan surat sakti I Gusti Ngurah Rai istirahat dan dilanjutkan malam hari pukul 17.00 wita dengan mengadakan sarasehan bagi generasi muda penerus bangsa di Gedung Pendopo Kesari. Pasukan juga PPI bahkan dipersilahkan mandi di sekitar rumah penduduk. ™
- Penulis: Ed27
Comment